Halaman

Senin, 27 Desember 2010

Mom.. Lejitkan potensimu.. (lite vers.)

/tulisan ini dibuat untuk berpartisipasi pada sebuah karya buku spektakular teman saya, this lite version is copyright protected/

Sebenarnya mungkin banyak saudari dan ibu lain yang lebih pantas mensharingkan pengalamannya daripada saya, mengingat usia pernikahan saya yang masih seumur jagung. Akan tetapi karena ada ‘insting’ berbagi yang ada di hati saya, maka saya memberanikan diri membagi pengalaman dan opini saya untuk ibu dan saudari sekalian. Semoga ada hikmah yang dapat diambil dan memperkaya wacana kita bersama.
 
Sebelum “curhat” (mungkin tulisan ini agak mengandung curahan hati :D). Saya ingin mengulik, apa sih “multitasking mom” itu menurut pandangan saya.

Multitasking mom menurut saya tidak semata ditasbihkan hanya untuk para “working mom” saja, melainkan adalah para ibu yang aktif melakukan bermacam kegiatan, baik bersifat sosial ataupun yang bernilai nominal. Pada dasarnya wanita hadir dalam kodratinya sendiri, yakni menjadi istri yang baik dan seorang ibu yang diharapkan dapat maksimal mendidik anaknya, sehingga tercipta generasi muda terbaik.  Jadi menurut saya, seorang multitasking mom bukanlah suatu “pembangkangan” terhadap kodrat melainkan sebuah usaha untuk mengoptimalkan potensi yang diberikan Tuhan kepada para ibu.

Mengapa saya katakan sangat penting wanita untuk bisa menjadi seseorang yang multitasking? Antara lain;  selain menambah kepercayaan diri kita terhadap suami, hal ini akan menambah penghargaan suami terhadap kita, karena kita setidaknya bisa “memahami” atau bahkan membantu meringankan beban kewajiban mereka, karena menjadi seorang  pemimpin rumah tangga, tentu tidaklah mudah.

Para mommy juga berperan sebagai tempat sharing suami, jika kita sebagai mommy tidak membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan berita aktual saat ini, niscaya akan terbentang jarak yang lebar antara kita dan “dia”. Dan ilmu dan wawasan tersebut juga sangat diperlukan untuk member pendidikan yang berkualitas kepada anak.

Percayalah, wawasan dan pengetahuan istri akan memperkaya wacana suami dan sangat mendukung suami-suami kita untuk menjadi yg terbaik.

Saya akan bercerita sedikit pengalaman saya, mungkin tidak semua diceritakan, ini kan bukan buku biografi saya ya :D ? Cerita dimulai dari proses pendidikan saya di sebuah sekolah teknik yang mayoritas siswanya adalah pria, preesentase antara pria dan wanita 60 : 40. Kemudian ketika menjalani di jenjang yang lebih tinggi, kian didapati bahwa jumlah presentase pria untuk mendalami bidang ini sangat kontras dengan jumlah wanita.

Sedari kecil saya sudah “agak tomboy” dan suka bersaing dengan pria. Jika anak wanita di usia remaja berlomba-lomba menarik perhatian lawan jenisnya, yang saya sukai adalah bersaing dengan mereka dan menganggap lawan jenis saya adalah kompetitor sepadan, alih-alih bergantung pada mereka.

Dulu saya pernah ingin menekuni karir sebagai pekerja TI. Saya pernah mencoba bekerja di beberapa perusahaan TI terbaik dikawasan tersebut.

/censored write only for book/

Saya adalah tipikal wanita yang dididik dalam keluarga yang demokratis dan haus akan prestasi, hal ini membuat tabiat saya yang cenderung mencari sesuatu yang tepat dan terbaik untuk saya, alih-alih mengerjakan sesuatu yang “only profit oriented”  yang dikerjakan tanpa adanya rasa kepuasan.

/censored write only for book/

Tiap hendak mangajar saya selalu berusaha memberi pengetahuan  terkini, (dimana pengetahuan TI selalu berkembang bukan hanya dalam hitungan hari bahkan dalam hitungan jam atau detik ditiap penjuru dunia.

Saking perfeksionisnya, ketika hendak mengajar saya sering mengalami mual hingga muntah-muntah ketika hendak mengajar. Bukannya grogi, tetapi dampak dari idealisme yang 'tinggi' untuk selalu memberikan yang baru dan terbaik, sehingga penguasaan materi baru yang terkadang tidak bisa 100%, berdampak pada kecemasan untuk gagal menyampaikan materi dengan baik.

Akhirnya saya menyadari ini juga bukan jalan terbaik untuk saya saat ini. Karena yang saya inginkan saya akan mengajar dan berbagi dengan khalayak, hanya dengan ilmu yang sudah mumpuni, memberi formula manjur untuk menuju sukses. Sehingga dikedepannya mereka tidak hanya berharap adu kemujuran untuk menjadi sorang pegawai negeri, atau memutuskan mencari  pekerjaan yg sebenarnya diluar kapasitas bakat dan minat mereka.

Memulai bisnis sendiri sebenarnya tidaklah mudah dan selalu berjalan lancar seperti yang kita sering lihat di televisi dan majalah wirausaha, tetapi juga bukan hal yang “impossible”. Tugas kita hanyalah untuk memulainya, dan biarkanlah waktu yng menempa bisnis kita tersebut untuk semakin dewasa dan tangguh menghadapi persaingan dunia bisnis yang sangat  ketat.

Misalnya saja, mulai dari tidak ada calon pengunjung yg datang, maka kita mau tidak mau kita akan belajar bagaimana medatangkan pengunjung. Ketika harga produk atau jasa kita tidak setimpal dengan kerja keras kita dan ternyata berada dibawah harga pasar, kita dapat belajar menyesuaikan dengan harga pasar. Ketika naluri belanja kita tidak terkontrol dan pencatatan keuangan bisnis kita kurang baik, kita dapat belajar pencatatan dan cara manajemen keuangan bisnis yang baik, sehingga bisnis kita tidak menjadi kolaps karena nafsu pengeluaran yang berlebihan

Setelah melakukan ikhtiar/usaha yang maksimal, doa selalu dipanjatkan untuk memohon kemurahan rejeki dari Nya, dan rajinlah bersedekah yang sudah saya buktikan sendiri, dapat melancarkan datangnya rejeki.

/censored write only for book/

Ketika bisnis kita maju, diharapkan kita bisa menyimpan dan mengetahui bagaimana cara uang bekerja. Apabila kita memilih menjadi seorang mompreneur kita dituntut bisa bekerja cerdas, karena rejeki datang atas usaha yang kita lakukan dan atas Ridho Tuhan, yang kemudian dana tersebut dapat kita investasikan dan dikemudian hari keluarga kita dapat menikmati hasilnya.

Dalam bayangan saya (maklum saya sekarang ibu muda yang belum memiliki seorang anak) kalau kita sudah memilki seorang anak, tentu kehidupan akan menjadi lebih kompleks. Banyaknya tuntutan pekerjaan rumah tangga yang harus dikerjakan mulai dari memasak hingga mengurus anak. Kemungkinan besar waktu kita sudah habis untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut. Boro-boro untuk karir atau bisnis ?

Salah satu solusi menurut saya adalah, luangkan waktu sejenak, istilah gaulnya milikilah “Me Time”. Bagaimana caranya ? Disiplinkanlah anak anda untuk mempunyai pola hidup yang positif dan teratur.

Kata seorang motivator Indonesia, pola hidup yang baik dimulai dari kebiasaan yang dipaksakan dan  dilakukan berulang ulang. Apabila hal ini diterapkan dengan baik kepada anak kita, niscaya kita akan memiliki  porsi “me time”  yang cukup dan dapat anda maksimalkan penggunaannya untuk mengembangkan potensi, sebagai rasa syukur atas anugerah potensi yang diberikanNya.

Yakinlah bahwa manusia apabila mengerjakan apa-apa yg menjadi bakatnya dia dapat menjadi yg terbaik sesuai sunah yang berlaku di muka bumi. Oleh karena itu temukan potensi anda. Mom..  We Proud of You.

Author: Fily

5 komentar:

  1. Mbak Fily,ini buku barunya ya ? :)

    BalasHapus
  2. ini buku teman mbak dian :D diajak sumbang tulisan aja..
    eh maaf y mbak blm smpt blenjong2 di tokozio lagi :D
    nanti kalau sudah mulai lagi biz-nya mdh2an yaa
    makaciii mba^^

    BalasHapus
  3. ohh..yg diatas itu yg tulisan mbak ya di buku tsb?

    sip..sip..ditunggu..^__^

    BalasHapus
  4. xixixi siip siip amiin :D
    sukses truuz bwt tokozio dah ^_____^

    BalasHapus

Layout by MyCandyThemes.com Powered By blogger.com